Paus Fransiskus Hadiri Misa Akbar di GBK pada 5 September, Transjakarta Tambah Rute Perjalanan

Paus Fransiskus Hadiri Misa Akbar menyebut orang- orang yang menolak membantu migran yang lagi berupaya menyeberang ke Eropa sama dengan berbuat dosa besar. Peringatan itu di informasikan pada Rabu, 28 September 2024, dihadapan jamaahnya supaya isu migran yang mau menyeberang ke Eropa jadi atensi sungguh- sungguh, spesialnya mereka yang ingin menyeberang melalui rute Mediterania.

Rute Mediterania yang diartikan Paus Fansiskus itu merupakan laut mediterania ataupun yang diucap Mare Nostrum. Bagi Paus, wajib terdapat komunikasi antar masyarakat, bukannya terjalin sengketa sampai jadi suatu kuburan. Ribuan migran korban tewas di laut mediterania sepatutnya dapat dihindari bila terdapat kerja yang sistematis yang mencakup segala aspek.

” Jangan menganiaya, ataupun menindas orang lain. Tuhan bersama para migran serta orang- orang yang mengidap bersamanya sebab mereka meminta jalur mengarah keselamatan,” kata Paus Fransiskus.

Pemimpin umat Katolik dunia itu memperhitungkan negara- negara Barat tidak bisa menolong cuma dengan memperketat daerah perbatasan. Kebalikannya mereka wajib memperluas keamanan serta membuka jalur regular untuk para migran dan memfasilitasi proteksi untuk para pengungsi yang melarikan diri dari beberapa bencana lewat tata kelola migrasi yang bagus bersumber pada keadilan, persaudaraan serta solidaritas

Laut Mediterania secara luas diketahui sangat beresiko, tetapi jalur itu masih ditempuh oleh para migran yang mau ke Uni Eropa. Banyak dari para migran berasal dari negara- negara Afrika serta Timur Tengah spesialnya Suriah, serta Libya. Mereka kerap kali menaiki perahu yang penuh sesak dengan penumpang dikala menyeberangi Laut Mediterania yang beresiko.

Pada 2015, rute itu jadi sangat populer di tengah krisis migrasi di Uni Eropa. Hingga saat ini trend memperlihatkan peningkatan. Catatan IOM memperlihatkan lebih dari 290 ribu migran serta pengungsi datang di Eropa lewat Laut Mediterania. Pada 2023, paling tidak 3. 100 migran wafat dikala berupaya melintasi Laut Mediterania.

dikutip dari : therealnews.com

Italia, salah satu negeri yang mengalami krisis, secara aktif berupaya mengatur migrasi. Pada September 2023, kubu sayap kanan Italia meloloskan kebijakan yang membolehkan otoritas menahan para migran hingga 18 bulan. Negara Pizza itu, pula menyetujui pembangunan pusat- pusat penahanan baru.